Beranda | Artikel
Kemuliaan Akhlak Utsman Bin Affan
Jumat, 19 Agustus 2016

Sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah manusia-manusia yang mulia dan sudah dipersaksikan oleh beliau sebagai sebaik-baik generasi. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sebaik-baik manusia ialah pada generasiku, kemudian generasi berikutnya, kemudian generasi berikutnya” (HR. Bukhari dan Muslim)

Terlebih sahabat tersebut adalah salah satu dari Khulafaur Rasyidin yang kedudukannya merupakan kedudukan tertinggi dalam tingkatan sahabat. Utsman bin Affan termasuk Khulafaur Rasyidin yang ketiga serta memiliki banyak keutamaan.

Mengenal Utsman bin Affan

Beliau adalah Utsman bin Affan bin Abi Al Ash bin Umayyah bin Abdu Asy Syam bin Abdu Manaf bin Qushai bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Luwai bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin An Nadhr bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma’addu bin Adnan (Ath Thabaqat Al Kubra, 3/53)

Amirul mukminin, telah berhijrah dua kali, dan dzun nurain (suami dari dua orang putri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam). Ibunya bernama Arwa binti Kuraiz bin Rabiah bin Hubaib bin Abdu Asy Syams. Dan neneknya bernama Ummu Hakim, Bidha binti Abdul Muthalib, bibi Rasulullah.

Dari sisi nasab, orang Quraisy satu ini memiliki kekerabatan yang sangat dekat dengan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Selain sebagai keponakan Rasulullah, Utsman juga menjadi menantu Rasulullah dengan menikahi dua orang putri beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dengan keutamaan ini saja, sulit bagi seseorang untuk mencelanya, kecuali bagi mereka yang memiliki kedengkian di hatinya. Seorang tokoh di masyarakat kita saja akan mencarikan orang yang terbaik menjadi suami anaknya, apalagi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tentulah beliau akan memilih orang yang terbaik untuk menjadi suami putrinya.

Utsman bin Affan termasuk di antara sepuluh orang sahabat yang dijamin masuk surga. Beliau juga menjadi enam orang anggota syura, dan salah seorang khalifah al mahdiyin, yang diperintahkan untuk mengikuti sunnahnya.

Utsman adalah seorang yang rupawan, lembut, mempunyai janggut yang lebat, berperawakan sedang, mempunyai tulang persendirian yang besar, berbahu bidang, rambutnya lebat, dan bentuk mulutnya bagus.

Az Zuhri mengatakan, “Beliau berwajah rupawan, bentuk mulut bagus, berbahu bidang, berdahi lebar, dan mempunyai telapak kaki yang lebar”

Amirul mukminin Utsman bin Affan terkenal dengan akhlaknya yang mulia, sangat pemalu, dermawan, dan terhormat. Terlalu panjang untuk mengisahkan kedermawanan beliau pada kesempatan yang sempit ini. Untuk kehidupan akhirat, menolong orang lain, dan berderma seolah-olah hartanya seringan buah-buah kapuk yang terpecah lalu kapuknya terhembus angin yang kencang (sumber: kisahmuslim.com)

Beberapa akhlak dan keutamaan Utsman Bin Affan

Akhak beliau yang cukup terkenal adalah pemalu. Tentunya pemalu ini sesuai dengan tempatnya dan pemalu yang terpuji. Rasa malu akan berbuat kejelekan, malu menyusahkan orang lain, serta malu jika menyia-nyiakan hidup dengan hal yang tidak bermanfaat. Rasa malu terpuji inilah yang disebut oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Malu itu tidak mendatangkan sesuatu melainkan semata-mata kebaikan” (Muttafaqun ‘alaihi)

Utsman memiliki akhlak terpuji ini, yaitu malu yang terpuji. Telah kita ketahui bahwa yang paling penyayang pada sesamanya adalah Abu Bakar, yang paling keras dalam persoalan agama Allah adalah Umar, dan yang paling pemalu adalah Utsman. Berikut kisah bagaimana pemalunya Utsman dengan malu yang terpuji.

Aisyah radhiyallahu ‘anha menceritakan, Suatu ketika Abu Bakar meminta izin untuk menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam – ketika itu beliau sedang berbaring di tempat tidur ‘Aisyah sambil memakai kain panjang istrinya-. Beliau lalu mengizinkan Abu Bakar dan beliau tetap dalam keadaan semula. Abu Bakar lalu mengutarakan keperluannya lalu pergi. Setelah itu datanglah Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu meminta izin dan beliau mengizinkannya masuk sedang beliau masih dalam kondisi semula. Umar lalu mengutarakan keperluannya lalu setelah itu ia pun pergi.

Utsman berkata, “Lalu saya meminta izin, beliau lalu duduk”. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata pada Aisyah, “Tutupkanlah bajumu padaku”. Lalu kuutarakan keperluanku lalu saya pun pergi.

Aisyah lalu bertanya, “Wahai Rasulullah, tindakanmu terhadap Abu Bakar dan ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma kok tidak seperti tindakanmu pada Utsman ?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu menjawab, “Sesungguhnya Utsman adalah seorang pria pemalu dan saya khawatir jika dia kuizinkan dan saya dalam keadaan demikian, dia lalu tidak mengutarakan keperluannya” (HR. Muslim)

Akhlak terpuji lainnya adalah Utsman bin Affan sangat dermawan. Ketika masjid Nabawi terasa sempit karena banyaknya jamaah yang ikut shalat berjamaah, Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam bermaksud membeli tanah milik salah seorang shahabat untuk keperluan perluasan masjid. Maka Rasulullah menyampaikan himbauannya untuk itu dengan imbalan pahala, “Siapa yang membeli tanah keluarga fulan lalu menambahkannya ke masjid, akan memperoleh kebaikan dari tanah itu di surga”.  Utsman pun segera membelinya dari harta pribadinya seharga 25 ribu dinar.

Setelah Fathu Makkah, Utsman membeli sebuah rumah yang cukup luas yang menempel dengan Masjidil Haram seharga 10 ribu dinar. Lalu rumah itu ditambahkan ke area masjid. Pada saat perang Tabuk, Utsman mempersiapkan untuk pasukan yang tidak memiliki bekal dan kendaraan sebanyak 950 unta ditambah 50 kuda untuk melengkapi jumlah 1000. Di samping itu, dia juga menginfakkan uang sejumlah 1000 dinar dan 83,3 kilogram emas. (Sumber: sahabatnabi.com)

Salah satu kisah yang menunjukkan kedermawanan beliau yang dirasakan manfaatnya sangat besar bagi umat Islam saat itu adalah kisah pembelian sumur ruumah yang sangat mahal oleh Utsman Bin Affan.

Diriwayatkan di masa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, kota Madinah pernah mengalami paceklik hingga kesulitan air bersih. Karena mereka (kaum muhajirin) sudah terbiasa minum dari air zamzam di Mekkah. Satu-satunya sumber air yang tersisa adalah sebuah sumur milik seorang yahudi, sumur ruumah namanya. Rasanya pun mirip dengan sumur zamzam. Kaum muslimin dan penduduk Madinah terpaksa harus rela antri dan membeli air bersih dari yahudi tersebut.

Prihatin atas kondisi umatnya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian bersabda, “Wahai sahabatku, siapa saja diantara kalian yang menyumbangkan hartanya untuk dapat membebaskan sumur itu, lalu menyumbangkannya untuk umat, maka akan mendapat surga-Nya Allah Ta’ala” (HR. Muslim)

Adalah Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu yang kemudian segera bergerak untuk membebaskan sumur ruumah itu. Utsman segera mendatangi yahudi pemilik sumur dan menawar untuk membeli sumur ruumah dengan harga yang tinggi. Walau sudah diberi penawaran yang tertinggi sekalipun yahudi pemilik sumur tetap menolak menjualnya, “Seandainya sumur ini saya jual kepadamu wahai Utsman, maka aku tidak memiliki penghasilan yang bisa aku peroleh setiap hari”. Demikian Yahudi tersebut menjelaskan alasan penolakannya.

Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu yang ingin sekali mendapatkan balasan pahala berupa surga Allah Ta’ala, tidak kehilangan cara mengatasi penolakan yahudi ini.

“Bagaimana kalau aku beli setengahnya saja dari sumurmu?”. Utsman melancarkan jurus negosiasinya. “Maksudmu?” tanya yahudi keheranan.
“Begini, jika engkau setuju maka kita akan memiliki sumur ini bergantian. Satu hari sumur ini milikku, esoknya kembali menjadi milikmu, kemudian lusa menjadi milikku lagi. Demikian selanjutnya bergantian satu hari-satu hari. Bagaimana?” jelas Utsman.

Yahudi itupun berfikir cepat, ”Saya mendapatkan uang besar dari Utsman tanpa harus kehilangan sumur milikku”, pikirnya. Akhirnya si yahudi setuju menerima tawaran Utsman tadi dan disepakati pula hari ini sumur ruumah adalah milik Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu.

Utsman pun segera mengumumkan kepada penduduk Madinah yang mau mengambil air di sumur ruumah, silahkan mengambil air untuk kebutuhan mereka GRATIS karena hari ini sumur ruumah adalah miliknya. Seraya ia mengingatkan agar penduduk Madinah mengambil air dalam jumlah yang cukup untuk 2 hari, karena esok hari sumur itu bukan lagi milik Utsman.

Keesokan hari yahudi mendapati sumur miliknya sepi pembeli, karena penduduk Madinah masih memiliki persedian air di rumah. Yahudi itupun mendatangi Utsman dan berkata, “Wahai Utsman, belilah setengah lagi sumurku ini dengan harga sama seperti engkau membeli setengahnya kemarin”. Utsman setuju, lalu dibelinya seharga 20.000 dirham, maka sumur ruumah pun menjadi milik Utsman secara penuh.

Kemudian Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu mewakafkan sumur ruumah. Sejak itu sumur ruumah dapat dimanfaatkan oleh siapa saja, termasuk yahudi pemilik lamanya. (sumber: kisahmuslim.com)

Masih banyak keutamaan akhalak Utsman bin Affan lainnya yang layak menjadi contoh tauladan bagi kita, seperti ketakwaan dan ibadahnya, rasa takut kepada Allah, rasa kasih sayang terhadap sesama.

Utsman bin Affan termasuk sahabat ahli surga yang dipersaksikan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, disebutkan namanya dalam 10 orang yang dijamin masuk surga dan beliau dipersaksikan sebagai syahid.

Suatu hari, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam naik ke atas Gunung Uhud bersama Abu Bakar, Umar, dan Utsman. Tiba-tiba gunung bergoncang, kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tenanglah wahai Uhud, karena sungguh di atasmu ada seorang nabi, seorang shiddiq, dan dua orang syahid (yakni Umar dan Utsman radhiyallahu ‘anhu –pen)” (HR. Bukhari)

***

Penulis : Ustadz dr. Raehanul Bahraen (Alumni Ma’had Al ‘Ilmi Yogyakarta)

Muroja’ah : Ustadz Abu Salman, BIS


Artikel asli: https://buletin.muslim.or.id/kemuliaan-akhlak-utsman-bin-affan/